Kata 'Khawarij' adalah bentuk jamak dari kharij, artinya adalah orang yang keluar. Sedangkan secara istilah, Asy-Syahrastani mendefinisikannya
sebagai kelompok umat Islam yang memberontak dan tidak mengakui
keabsahan imam/pemimpin yang sah, baik pada zaman sahabat terhadap 4
orang khalifah pilihan atau pada masa tabi'in dan terhadap pemimpin yang
sah sepanjang masa [Al-Milal wa An-Nihal hal. 101]. Cikal bakal
khawarij telah muncul dari zaman Nabi Shallallahu alaihi wasallam masih
hidup ketika beliau sudah berada di Madinah, dengan kakek moyangnya
bernama Dzul Khuwaishirah.
Untuk mengetahui bagaimana kelompok ini muncul ke permukaan, maka
tidak salah jika kita mulai dari peristiwa tahkim antara pihak Ali
(dengan jubirnya yaitu Abu Musa Al-Asy'ari) dengan pihak Mu'awiyyah
(dengan jubirnya yaitu 'Amr bin Al-'Ash) -radhiyallahu 'anhum-.
PERISTIWA TAHKIM
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah meriwayatkan dalam Musnadnya :
حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ سِيَاهٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ
أَتَيْتُ أَبَا وَائِلٍ فِي مَسْجِدِ أَهْلِهِ أَسْأَلُهُ عَنْ
هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِينَ قَتَلَهُمْ عَلِيٌّ بِالنَّهْرَوَانِ
فَفِيمَا اسْتَجَابُوا لَهُ وَفِيمَا فَارَقُوهُ وَفِيمَا اسْتَحَلَّ
قِتَالَهُمْ قَالَ كُنَّا بِصِفِّينَ فَلَمَّا اسْتَحَرَّ الْقَتْلُ
بِأَهْلِ الشَّامِ اعْتَصَمُوا بِتَلٍّ فَقَالَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ
لِمُعَاوِيَةَ أَرْسِلْ إِلَى عَلِيٍّ بِمُصْحَفٍ وَادْعُهُ إِلَى كِتَابِ
اللَّهِ فَإِنَّهُ لَنْ يَأْبَى عَلَيْكَ فَجَاءَ بِهِ رَجُلٌ فَقَالَ
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ
{ أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنْ الْكِتَابِ
يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى
فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ }
فَقَالَ عَلِيٌّ نَعَمْ أَنَا أَوْلَى بِذَلِكَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
كِتَابُ اللَّهِ قَالَ فَجَاءَتْهُ الْخَوَارِجُ وَنَحْنُ نَدْعُوهُمْ
يَوْمَئِذٍ الْقُرَّاءَ وَسُيُوفُهُمْ عَلَى عَوَاتِقِهِمْ فَقَالُوا يَا
أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَا نَنْتَظِرُ بِهَؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِينَ
عَلَى التَّلِّ أَلَا نَمْشِي إِلَيْهِمْ بِسُيُوفِنَا حَتَّى يَحْكُمَ
اللَّهُ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ فَتَكَلَّمَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ فَقَالَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّهِمُوا أَنْفُسَكُمْ فَلَقَدْ رَأَيْتُنَا
يَوْمَ الْحُدَيْبِيَةِ يَعْنِي الصُّلْحَ الَّذِي كَانَ بَيْنَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
نَرَى قِتَالًا لَقَاتَلْنَا فَجَاءَ عُمَرُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَسْنَا عَلَى
الْحَقِّ وَهُمْ عَلَى بَاطِلٍ أَلَيْسَ قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ
وَقَتْلَاهُمْ فِي النَّارِ قَالَ بَلَى قَالَ فَفِيمَ نُعْطِي
الدَّنِيَّةَ فِي دِينِنَا وَنَرْجِعُ وَلَمَّا يَحْكُمِ اللَّهُ بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ
وَلَنْ يُضَيِّعَنِي أَبَدًا قَالَ فَرَجَعَ وَهُوَ مُتَغَيِّظٌ فَلَمْ
يَصْبِرْ حَتَّى أَتَى أَبَا بَكْرٍ فَقَالَ يَا أَبَا بَكْرٍ أَلَسْنَا
عَلَى حَقٍّ وَهُمْ عَلَى بَاطِلٍ أَلَيْسَ قَتْلَانَا فِي الْجَنَّةِ
وَقَتْلَاهُمْ فِي النَّارِ قَالَ بَلَى قَالَ فَفِيمَ نُعْطِي
الدَّنِيَّةَ فِي دِينِنَا وَنَرْجِعُ وَلَمَّا يَحْكُمِ اللَّهُ بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ فَقَالَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ إِنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَنْ يُضَيِّعَهُ اللَّهُ أَبَدًا
قَالَ فَنَزَلَتْ سُورَةُ الْفَتْحِ قَالَ فَأَرْسَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى عُمَرَ فَأَقْرَأَهَا إِيَّاهُ
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَفَتْحٌ هُوَ قَالَ نَعَمْ
Telah menceritakan kepada kami Ya'la bin 'Ubaid, dari 'Abdul 'Aziz
bin Siyah, dari Habib bin Abi Tsabit, ia berkata; Aku mendatangi Abu
Wa'il di masjid kaumnya, aku bertanya kepadanya tentang kaum yang
diperangi 'Ali di Nahrawan, hal-hal apa saja yang mereka terima, hal-hal
apa saja yang mereka tak suka, dan hal-hal apa saja sehingga 'Ali
menganggap mereka halal diperangi. Abu Wa'il berkata; Kami saat itu
sedang di Shiffin, tatkala berkecamuk perang dengan penduduk Syam,
mereka berpegang teguh untuk tetap di tempat yang tinggi. Lalu 'Amr bin
Al-'Ash berkata kepada Mu'awiyah: 'Utuslah seseorang kepada 'Ali dengan
mushaf dan ajaklah dia kepada kitab Allah, dia tidak akan menolaknya.'
Sang utusan pun datang menemui 'Ali dan berujar, 'Antara kami dan
kalian ada kitab Allah, Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
telah diberi bagian yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada Kitab
Allah supaya Kitab itu menetapkan hukum diantara mereka. Kemudian
sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi
(kebenaran).' 'Ali berkata; 'Ya. Aku lebih layak untuk melakukan hal
itu, antara kami dan kalian ada kitab Allah.' Lalu datanglah
Al-Khawarij, pada saat itu kami memanggil mereka dengan istilah
Al-Qurra' (para pembaca Al-Qur'an), pedang mereka diletakkan pada
pundak-pundak mereka. Mereka berkata; 'Wahai Amirul Mukminin, kenapa
kami menunggu kaum yang berada di atas dataran tinggi itu? tidak
sebaiknyakah kami berjalan kepada mereka dengan membawa pedang hingga
Allah memutuskan antara kami dengan mereka?'
Lalu Sahl bin Hunaif berkata; 'Wahai manusia, koreksilah diri kalian
sendiri, kami telah mengadakan perdamaian pada saat Hudaibiyah antara
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan kaum musyrikin. Jika kami
hendak berperang niscaya itu akan terjadi. Lalu datanglah 'Umar kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; "Wahai Rasulullah,
bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka berada di atas
kebatilan? Bukankah jika ada yang terbunuh diantara kita berada di surga
dan jika ada yang terbunuh dari mereka akan berada di neraka?" Beliau
menjawab, "ya." 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata; "Kenapa kita memberi
kehinaan kepada agama kita ini dan kita kembali? bukankah Allah telah
memutuskan antara kita dan mereka?" Beliau bersabda: "Wahai Ibnul
Khaththab, aku adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan Allah
Azza wa Jalla tidak akan menelantarkanku selamanya." Abu Wa'il berkata;
'Lalu 'Umar pulang dalam keadaan marah dan tidak sabar sehingga
mendatangi Abu Bakar, seraya bertanya-tanya, "Wahai Abu Bakar, bukankah
kita berada di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan? bukankah
korban dari pihak kita berada di surga dan korban dari pihak mereka di
neraka?" Abu Bakar menjawab, "Ya." 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata;
"Kenapa kita memberi kekurangan pada agama kita ini dan kita kembali?
Bukankah Allah telah memutuskan antara kita dan mereka?" Abu Bakar terus
mengatakan, "Wahai Ibnul Khaththab, beliau adalah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam dan Allah Azza wa Jalla tidak akan
menelantarkannya selama-lamanya." Abu Wa'il berkata; 'Lalu turunlah
Surat Al Fath. Lantas Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam mengutus
Abu Bakar kepada 'Umar, dan ia membacakan kepadanya. 'Umar berkata;
"Wahai Rasulullah, apakah itu berarti kemenangan?" Beliau bersabda,
"Ya." [Musnad Ahmad no. 15408]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
Kesepakatan tahkim untuk perundingan ditulis pada Rabu, 13 Safar 37
H. Ali dan Mu'awiyyah menyetujui tempat pelaksanaan perundingan yaitu di
Daumatul Jandal pada bulan Ramadhan. Disertakan pula saksi-saksi yang
menyaksikan kesepakatan dan tahkim ini. Dari pihak Ali ada 10 orang,
yaitu Ibnu Abbas, Al-Asy'ats bin Qais, Sa'id bin Qais Al-Hamdani,
'Abdullah bin Thufail Al-'Amiri, Hujr bin 'Adi, Warqa' bin Sumayyah
Al-Bajali, 'Abdullah bin Muhill, Uqbah bin Ziyad Al-Hadhrami, Yazid bin
Hujiyyah At-Tamimi, dan Malik bin Ka'ab. Dari pihak Mu'awiyyah juga ada
10 orang, yaitu Abu Al-A'war As-Sulami, Habib bin Maslamah, 'Abdurrahman
bin Khalid bin Walid, Mukhariq bin Al-Harits, Ibnu 'Amr Al-Adzri,
Alqamah bin Yazid, Hamzah bin Malik Al-Hadhrami, Suba'i bin Yazid, Utbah
bin Abi Sufyan (saudara kandung Mu'awiyyah) dan Yazid bin Al-Hurr
Al-Absi. [Tarikh Ath-Thabari 5/53-54].
Dua juru runding (yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan 'Amr bin Al-'Ash
-radhiyallahu 'anhuma-) akhirnya bertemu pada bulan Ramadhan sebagaimana
yang telah disepakati. Al-Waqidi berkata, Mereka berkumpul pada bulan
Sya'ban karena menjelang bulan Ramadhan Ali mengirim 400 personil
bersama Syuraih bin Hani', Abu Musa dan Ibnu Abbas selaku imam shalat.
Mu'awiyyah mengirim 'Amr bin Al-'Ash bersama 400 pasukan berkuda dari
Syam, didalamnya terdapat putra 'Amr yaitu Abdullah bin 'Amr. Mereka
bertemu di Daumatul Jandal yaitu suatu tempat di pertengahan antara
Kufah dan Syam. Turut hadir pula dalam perundingan itu sejumlah tokoh
besar diantaranya Ibnu Umar, Ibnu Az-Zubair, Al-Mughirah bin Syu'bah,
'Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam Al-Makhzumi, 'Abdurrahman bin 'Abd
Yaghuts Az-Zuhri dan Abu Jahm bin Hudzaifah. Sementara Sa'ad bin Abi
Waqqash, salah seorang sahabat besar, memilih untuk mengasingkan diri
dari perundingan itu, beliau memilih untuk tidak mengikuti politik yang
penuh intrik serta mengucilkan diri dari zaman yang penuh fitnah
semenjak Khalifah Utsman terbunuh.
Akhirnya dicapai kesepakatan untuk mencopot Ali dan Mu'awiyyah
kemudian menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin untuk memilih amir
yang paling cocok bagi mereka salah satu dari keduanya atau dari yang
lain. Abu Musa mengisyaratkan untuk mengangkat Ibnu Umar -radhiyallahu
'anhuma-. Tetapi 'Amr berkata kepadanya, "Angkat saja putraku yang
setara ilmu, amal dan kezuhudannya." Abu Musa menjawab, "Engkau telah
melibatkan putramu ke dalam fitnah padahal ia adalah seorang yang
jujur!" [Tarikh Ath-Thabari 5/68].
Piagam kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua belah pihak berbunyi :
Bismillahirrahmanirrahim
Ini adalah perjanjian yang disepakati oleh Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.
Ali mewakili penduduk Iraq dan orang-orang yang bersamanya serta kaum
muslimin, dan Mu'awiyyah mewakili penduduk Syam dan orang-orang yang
bersamanya serta kaum muslimin.
Kami sepakat berhukum dengan hukum Allah dan kitabNya.
Kami menjunjung tinggi apa yang dijunjung tinggi oleh Allah dan merendahkan apa yang direndahkanNya.
Perkara apapun yang disepakati kedua juru runding dalam Kitabullah maka harus ditetapkan,
Dan perkara yang tidak ditemukan didalamnya maka ditetapkan melalui
sunnah yang adil yang menyatukan kaum muslimin serta tidak
mencerai-beraikan mereka.
MUNCULNYA KHAWARIJ
Al-Asy'ats bin Qais melewati sekelompok kaum bani Tamim, beliau
membacakan kepada mereka piagam kesepakatan yang telah dicapai kedua
belah pihak. Lalu bangkitlah Urwah bin Udayyah, "Apakah engkau
mengangkat manusia sebagai hakim dalam agama Allah?" Kemudian ia memukul
bagian belakang hewan tunggangan Al-Asy'ats hingga beliau dan kaumnya
marah atas perlakuannya itu. Al-Ahnaf bin Qais dan sejumlah tokoh bani
Tamim meminta maaf padanya atas perlakuan tersebut. Al-Haitsam bin Adi
berkata, "Ahlul Qurra' mengklaim bahwa orang pertama yang memprotes
tahkim adalah 'Abdullah bin Wahab Ar-Rasibi. Namun yang benar adalah
yang pertama (yaitu Urwah bin Udayyah). Kata-kata protes yang
dilontarkan lelaki ini diadopsi oleh sekelompok orang dari pasukan Ali
dari ahlul Qurra', mereka berkata, "Tidak ada hukum kecuali milik
Allah!" Mereka inilah yang nanti disebut Al-Muhakkimiyah.
Mu'awiyyah dan pasukannya kembali ke Damaskus sementara Ali kembali
ke Kufah. Seorang lelaki berkata kepada beliau, "Ali pergi lalu kembali
tanpa membawa apa-apa?" Ali menjawab, "Orang-orang yang kami tinggalkan
(maksudnya penduduk Syam) lebih baik dari kalian." Beliau terus berlalu
sambil berdzikir mengingat Allah hingga masuk ke dalam kediamannya. Pada
saat inilah, sekitar 12000 anggota pasukannya memisahkan diri.
Merekalah para Khawarij tersebut, mereka tidak mau tinggal bersama Ali
di Kufah. Mereka memilih tinggal di Harura. Mereka mengingkari peristiwa
tahkim tersebut dan menganggap Ali telah kafir karena berhukum dengan
keputusan manusia. Ali tidak tinggal diam, beliau segera mengirim Ibnu
Abbas kepada mereka untuk berdialog dan menyadarkan mereka. Banyak dari
mereka akhirnya bertaubat dan sisanya tetap bertahan dengan pendapat
mereka. Inilah Khawarij yang disinggung pada awal pembahasan diatas,
mereka menyempal dari jama'ah kaum muslimin dan berselisih dengan
mereka. Inilah salah satu kebenaran Nubuwwah Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam tentang golongan kaum muslimin yang memisahkan diri pada
saat terjadinya fitnah.
Diriwayatkan bahwa Ali sendiri yang akhirnya keluar menemui mereka
dan berdialog dengan mereka tentang perkara yang mereka ingkari atas
beliau. Ali berhasil mencapai kata sepakat dengan mereka dan mereka pun
kembali ke Kufah. Namun mereka melanggar kesepakatan, mereka menggalang
persatuan di antara mereka untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dan
untuk menegakkan kebenaran di tengah manusia (menurut versi mereka).
Mereka kembali memisahkan diri menuju tempat yang bernama Nahrawan. Di
situlah Ali kemudian memerangi mereka. [Tarikh Ath-Thabari 5/91]
Al-Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى الطَّبَّاعُ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ
سُلَيْمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ بْنِ عِيَاضِ بْنِ عَمْرٍو الْقَارِيِّ قَالَ
جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ شَدَّادٍ فَدَخَلَ عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا وَنَحْنُ عِنْدَهَا جُلُوسٌ مَرْجِعَهُ مِنْ الْعِرَاقِ
لَيَالِيَ قُتِلَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَتْ لَهُ يَا عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ شَدَّادٍ هَلْ أَنْتَ صَادِقِي عَمَّا أَسْأَلُكَ عَنْهُ
تُحَدِّثُنِي عَنْ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ الَّذِينَ قَتَلَهُمْ عَلِيٌّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَمَا لِي لَا أَصْدُقُكِ قَالَتْ
فَحَدِّثْنِي عَنْ قِصَّتِهِمْ قَالَ فَإِنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ لَمَّا كَاتَبَ مُعَاوِيَةَ وَحَكَمَ الْحَكَمَانِ خَرَجَ عَلَيْهِ
ثَمَانِيَةُ آلَافٍ مِنْ قُرَّاءِ النَّاسِ فَنَزَلُوا بِأَرْضٍ يُقَالُ
لَهَا حَرُورَاءُ مِنْ جَانِبِ الْكُوفَةِ وَإِنَّهُمْ عَتَبُوا عَلَيْهِ
فَقَالُوا انْسَلَخْتَ مِنْ قَمِيصٍ أَلْبَسَكَهُ اللَّهُ تَعَالَى وَاسْمٍ
سَمَّاكَ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ ثُمَّ انْطَلَقْتَ فَحَكَّمْتَ فِي دِينِ
اللَّهِ فَلَا حُكْمَ إِلَّا لِلَّهِ تَعَالَى فَلَمَّا أَنْ بَلَغَ
عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَا عَتَبُوا عَلَيْهِ وَفَارَقُوهُ
عَلَيْهِ فَأَمَرَ مُؤَذِّنًا فَأَذَّنَ أَنْ لَا يَدْخُلَ عَلَى أَمِيرِ
الْمُؤْمِنِينَ إِلَّا رَجُلٌ قَدْ حَمَلَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا أَنْ
امْتَلَأَتْ الدَّارُ مِنْ قُرَّاءِ النَّاسِ دَعَا بِمُصْحَفٍ إِمَامٍ
عَظِيمٍ فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَصُكُّهُ بِيَدِهِ وَيَقُولُ
أَيُّهَا الْمُصْحَفُ حَدِّثْ النَّاسَ فَنَادَاهُ النَّاسُ فَقَالُوا يَا
أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ مَا تَسْأَلُ عَنْهُ إِنَّمَا هُوَ مِدَادٌ فِي
وَرَقٍ وَنَحْنُ نَتَكَلَّمُ بِمَا رُوِينَا مِنْهُ فَمَاذَا تُرِيدُ قَالَ
أَصْحَابُكُمْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ خَرَجُوا بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ كِتَابُ
اللَّهِ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ فِي امْرَأَةٍ وَرَجُلٍ
{ وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ
أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقْ
اللَّهُ بَيْنَهُمَا }
فَأُمَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْظَمُ دَمًا
وَحُرْمَةً مِنْ امْرَأَةٍ وَرَجُلٍ وَنَقَمُوا عَلَيَّ أَنْ كَاتَبْتُ
مُعَاوِيَةَ كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ وَقَدْ جَاءَنَا سُهَيْلُ
بْنُ عَمْرٍو وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِالْحُدَيْبِيَةِ حِينَ صَالَحَ قَوْمَهُ قُرَيْشًا فَكَتَبَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَقَالَ سُهَيْلٌ لَا تَكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَقَالَ كَيْفَ نَكْتُبُ فَقَالَ اكْتُبْ بِاسْمِكَ
اللَّهُمَّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَاكْتُبْ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ لَوْ أَعْلَمُ أَنَّكَ
رَسُولُ اللَّهِ لَمْ أُخَالِفْكَ فَكَتَبَ هَذَا مَا صَالَحَ مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قُرَيْشًا يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ }
فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ عَلِيٌّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ فَخَرَجْتُ مَعَهُ حَتَّى إِذَا تَوَسَّطْنَا عَسْكَرَهُمْ
قَامَ ابْنُ الْكَوَّاءِ يَخْطُبُ النَّاسَ فَقَالَ يَا حَمَلَةَ
الْقُرْآنِ إِنَّ هَذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ فَمَنْ لَمْ يَكُنْ يَعْرِفُهُ فَأَنَا أُعَرِّفُهُ مِنْ كِتَابِ
اللَّهِ مَا يَعْرِفُهُ بِهِ هَذَا مِمَّنْ نَزَلَ فِيهِ وَفِي قَوْمِهِ
{ قَوْمٌ خَصِمُونَ }
فَرُدُّوهُ إِلَى صَاحِبِهِ وَلَا تُوَاضِعُوهُ كِتَابَ اللَّهِ فَقَامَ
خُطَبَاؤُهُمْ فَقَالُوا وَاللَّهِ لَنُوَاضِعَنَّهُ كِتَابَ اللَّهِ
فَإِنْ جَاءَ بِحَقٍّ نَعْرِفُهُ لَنَتَّبِعَنَّهُ وَإِنْ جَاءَ بِبَاطِلٍ
لَنُبَكِّتَنَّهُ بِبَاطِلِهِ فَوَاضَعُوا عَبْدَ اللَّهِ الْكِتَابَ
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَرَجَعَ مِنْهُمْ أَرْبَعَةُ آلَافٍ كُلُّهُمْ تَائِبٌ
فِيهِمْ ابْنُ الْكَوَّاءِ حَتَّى أَدْخَلَهُمْ عَلَى عَلِيٍّ الْكُوفَةَ
فَبَعَثَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى بَقِيَّتِهِمْ فَقَالَ قَدْ
كَانَ مِنْ أَمْرِنَا وَأَمْرِ النَّاسِ مَا قَدْ رَأَيْتُمْ فَقِفُوا
حَيْثُ شِئْتُمْ حَتَّى تَجْتَمِعَ أُمَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لَا تَسْفِكُوا دَمًا
حَرَامًا أَوْ تَقْطَعُوا سَبِيلًا أَوْ تَظْلِمُوا ذِمَّةً فَإِنَّكُمْ
إِنْ فَعَلْتُمْ فَقَدْ نَبَذْنَا إِلَيْكُمْ الْحَرْبَ عَلَى سَوَاءٍ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ فَقَالَتْ لَهُ عَائِشَةُ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا يَا ابْنَ شَدَّادٍ فَقَدْ قَتَلَهُمْ فَقَالَ وَاللَّهِ
مَا بَعَثَ إِلَيْهِمْ حَتَّى قَطَعُوا السَّبِيلَ وَسَفَكُوا الدَّمَ
وَاسْتَحَلُّوا أَهْلَ الذِّمَّةِ فَقَالَتْ أَاللَّهِ قَالَ أَاللَّهِ
الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَقَدْ كَانَ قَالَتْ فَمَا شَيْءٌ
بَلَغَنِي عَنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ يَتَحَدَّثُونَهُ يَقُولُونَ ذُو
الثُّدَيِّ وَذُو الثُّدَيِّ قَالَ قَدْ رَأَيْتُهُ وَقُمْتُ مَعَ عَلِيٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَيْهِ فِي الْقَتْلَى فَدَعَا النَّاسَ فَقَالَ
أَتَعْرِفُونَ هَذَا فَمَا أَكْثَرَ مَنْ جَاءَ يَقُولُ قَدْ رَأَيْتُهُ
فِي مَسْجِدِ بَنِي فُلَانٍ يُصَلِّي وَرَأَيْتُهُ فِي مَسْجِدِ بَنِي
فُلَانٍ يُصَلِّي وَلَمْ يَأْتُوا فِيهِ بِثَبَتٍ يُعْرَفُ إِلَّا ذَلِكَ
قَالَتْ فَمَا قَوْلُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ قَامَ عَلَيْهِ
كَمَا يَزْعُمُ أَهْلُ الْعِرَاقِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ صَدَقَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ قَالَتْ هَلْ سَمِعْتَ مِنْهُ أَنَّهُ قَالَ غَيْرَ ذَلِكَ
قَالَ اللَّهُمَّ لَا قَالَتْ أَجَلْ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ يَرْحَمُ
اللَّهُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّهُ كَانَ مِنْ كَلَامِهِ لَا
يَرَى شَيْئًا يُعْجِبُهُ إِلَّا قَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
فَيَذْهَبُ أَهْلُ الْعِرَاقِ يَكْذِبُونَ عَلَيْهِ وَيَزِيدُونَ عَلَيْهِ
فِي الْحَدِيثِ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isa Ath-Thabba', telah
menceritakan kepadaku Yahya bin Sulaim, dari Abdullah bin Utsman bin
Khutsaim, dari 'Ubaidillah bin Iyadh bin 'Amr Al-Qari, dia berkata;
Abdullah Bin Syaddad datang menemui Aisyah, sementara kami sedang berada
di sisinya sepulangnya dari Iraq pada hari-hari terbunuhnya Ali,
kemudian Aisyah bertanya kepadanya; "Wahai Abdullah bin Syaddad, apakah
kamu akan jujur kepadaku tentang apa yang akan aku tanyakan kepadamu,
maukah kamu menceritakan kepadaku tentang kaum yang diperangi oleh Ali?"
Abdullah menjawab; "Mengapa aku tidak akan jujur kepadamu?" Aisyah
berkata; "Maka ceritakanlah kepadaku tentang mereka!"
Abdullah berkata; 'Sesungguhnya ketika Ali mengadakan perjanjian
dengan Mu'awiyyah, dan dua orang sebagai hakim telah memutuskan, maka
keluarlah dari Ali delapan ribu orang dari para Qari', dan mereka
menetap di suatu tempat bernama Harura' terletak di sebelah Kufah,
mereka mencela Ali dengan mengatakan; "Kamu telah melepas pakaian yang
Allah Ta'ala pakaikan kepadamu, dan dari nama yang telah Allah Ta'ala
berikan kepadamu, kemudian kamu bergegas menghukumi (menggunakan hukum
manusia) dengan mengatasnamakan agama Allah, padahal tidak ada hukum
kecuali hukum Allah Ta'ala." maka ketika berita tentang celaan mereka
sampai kepada Ali dan mereka memisahkan diri darinya, Ali memerintahkan
seseorang untuk menyerukan agar tidak ada yang mendatangi Amirul
Mukminin kecuali seseorang yang membawa Al-Qur'an, dan ketika ruangan
telah dipenuhi oleh para Qari' Al-Qur'an, Ali meminta sebuah mushaf
besar, kemudian dia letakkan di kedua tangannya dan menekannya dengan
tangannya seraya berkata; "Wahai mushaf, beritakan kepada orang-orang."
Maka mereka pun menyerunya, mereka mengatakan; "Wahai Amirul Mukminin,
mengapa kamu bertanya kepadanya, padahal dia hanyalah sebuah tulisan
tinta pada lembaran kertas, dan kami berbicara berdasarkan apa yang
diriwayatkan darinya kepada kami, lalu apa yang engkau maksud?"
Ali menjawab; "(Yang aku maksud adalah) Sahabat-sahabat kalian, yaitu
orang-orang yang keluar dariku, padahal diantara aku dan mereka ada
kitabullah, Allah Ta'ala telah berfirman dalam kitab-Nya tentang seorang
wanita dan laki laki: (Dan jika kalian khawatir akan terjadi perpecahan
diantara keduanya, maka kirimkanlah seorang penengah dari keluarga
laki-laki dan dari keluarga wanita, jika keduanya menghendaki islah
(perdamaian) niscaya Allah akan mendamaikan keduanya [QS An-Nisaa' :
35]). Sedangkan darah umat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lebih
besar dan lebih terhormat daripada hanya sekedar seorang lelaki dan
seorang wanita, dan mereka dendam kepadaku karena aku mengadakan
perjanjian dengan Mu'awiyyah." Ali bin Abi Thalib telah menulis
perjanjian ketika datang kepada kami Suhail bin 'Amr, dan kami pada saat
itu bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Hudaibiyah
ketika beliau mengadakan perjanjian damai dengan kaumnya dari Quraisy,
kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menulis; "Bismillaahir
rahmaanir rahiim," maka Suhail berkata; "Jangan kamu tulis "Bismillaahir
rahmaanir rahiim." Maka beliau bertanya; "Lalu apa yang kami tulis?"
Suhail berkata; "Tulislah; bismika allahumma," Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tulislah Muhammad Rasulullah!"
Maka Suhail berkata; "Seandainya aku tahu bahwa engkau adalah
Rasulullah, niscaya aku tidak akan menyelisihimu." Kemudian beliau
menulis: "Ini adalah perdamaian Muhammad Bin Abdullah dengan orang
Quraisy", Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya: "Telah ada pada diri
Rasulullah contoh teladan bagi kalian, bagi siapa yang berharap kepada
Allah dan hari akhir [QS Al-Ahzab : 21]."
Maka Ali pun mengutus Abdullah bin Abbas kepada mereka (orang-orang
Khawarij yang keluar dari Kufah), aku (Ibnu Syaddad) ikut keluar
bersamanya. Ketika kami telah berada di tengah-tengah pasukan mereka,
bangkitlah Ibnul Kawwa' dan berkhutbah di hadapan mereka dengan
mengatakan; "Wahai para pembawa Al-Qur'an, sesungguhnya ini adalah
Abdullah bin Abbas, barangsiapa belum mengenalnya, maka saya akan
memperkenalkan dia dari kitabullah sehingga dapat mengenalnya, inilah
diantara ayat yang diturunkan tentang dia dan kaumnya (suatu kaum yang
berselisih [QS Az-Zukhruf : 58]) maka kembalikanlah kepada ahlinya dan
janganlah kalian menguji dia tentang kitabullah." Kemudian para ahli
khutbah dari mereka berdiri dan mengatakan; "Demi Allah, kami pasti akan
menguji dia dengan kitabullah, jika dia datang dengan membawa Al-Haq,
maka kami mengenalnya dan pasti kami akan mengikutinya, akan tetapi
apabila dia datang dengan membawa kebatilan, maka kami akan mencelanya
atas kebatilannya." Kemudian mereka menguji Ibnu Abbas dengan Al-Qur'an
selama tiga hari, lalu empat ribu orang dari mereka kembali (kepada
Al-Haq), mereka semuanya bertaubat dan diantara mereka adalah Ibnul
Kawwa' sehingga mereka kembali kepada Ali di Kufah, kemudian Ali
mengutusnya kepada sisanya (yang masih keluar dari Ali), maka Ibnu Abbas
berkata; "Kalian telah saksikan perkara yang terjadi diantara kita dan
orang-orang, maka berhentilah jika kalian menghendaki sehingga umat
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersatu, diantara kami dan kalian
jangan saling menumpahkan darah yang haram, janganlah kalian menyamun
atau menzhalimi orang yang ada ikatan perjanjian, sesungguhnya jika
kalian melakukannya, maka kami akan memerangi kalian secara adil,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang khianat [QS Al-Anfal :
58]."
Kemudian Aisyah bertanya; "Wahai Ibnu Syaddad, sungguhkah Ali telah
memerangi mereka?" Kemudian Abdullah Bin Syaddad menjawab; "Demi Allah,
Ali tidak memerangi mereka hingga mereka menyamun, menumpahkan darah dan
menghalalkan ahli Dzimmah." Kemudian Aisyah berkata; "Demi Allah
(benarkah)?" Ibnu Syaddad menjawab; "Demi Allah, yang tidak ada Ilah
yang berhak disembah kecuali Dia, itulah yang terjadi." Aisyah bertanya;
"Lalu bagaimanakah berita yang sampai kepadaku dari penduduk Iraq,
mereka memperbincangkannya, mereka mengatakan; 'Pemilik buah dada,
pemilik buah dada!'" Ibnu Syaddad berkata; "Sungguh aku melihatnya dan
aku berdiri bersama Ali ketika berada di antara para korban tewas,
kemudian Ali memanggil orang-orang seraya berkata; "Apakah kalian
mengenali orang ini? Alangkah besarnya apa yang dia datangkan."
Orang-orang berkata; "Sungguh aku sering melihat dia melaksanakan shalat
di masjid fulan dan di masjid fulan." Dan orang-orang tidak mengatakan
sesuatu yang pasti yang dapat mengenalinya kecuali hanya itu." Lalu
Aisyah bertanya; "Lalu apa yang dikatakan oleh Ali ketika ia mendengar
sebagaimana anggapan penduduk Iraq?" Ibnu Syaddad menjawab; aku
mendengar Ali mengatakan: "Maha Benar Allah dan Rasul-Nya." Aisyah
berkata; "Apakah kamu mendengar dia mengatakan sesuatu yang lain?" Ibnu
Syaddad menjawab; "Allahumma, (demi Allah) tidak." Aisyah berkata;
"Benar, Maha Benar Allah dan Rasul-Nya, semoga Allah merahmati Ali,
sesungguhnya diantara ucapannya bahwa dia tidak melihat sesuatu yang
membuat dia takjub kecuali dia mengucapkan; "Maha Benar Allah dan
Rasul-Nya." Namun penduduk Iraq mendustakannya dan menambah-nambahi
kata-katanya." [Musnad Ahmad no. 641, Mustadrak Al-Hakim 2/152 dengan
sanad hasan. Dan dikeluarkan oleh Ibnu 'Asakir dalam Tarikhnya 27/102].
Allahu a'lamu bishawab.
Semoga bermanfaat.
Senin, 20 Dzulhijjah 1433 H.
Sumber : Tartib wa Tahdzib Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah
Karya : Syaikh Dr. Muhammad bin Shamil As-Sulami
http://www.facebook.com/notes/tommi-marsetio/khawarij/375750145837927
Tidak ada komentar:
Posting Komentar